Rabu, 16 Maret 2011

Jawaban atas pertanyaan: Mengapa masih mempermasalahkan bid’ah?



Bid’ah merupakan perbuatan yang menodai kesempurnaan ajaran islam. Sebuah kedustaan atas nama agama. Bahkan dapat meruntuhkan sendi-sendi sunnah Rosululloh. Bid’ah termasuk fitnah besar yang melanda kaum muslimin. Kesesatan ini disebabkan penganggapan bahwa amalan tersebut bersumber dari islam padahal sama sekali tidak ada, baik perintah, anjuran bahkan contohnya dari Rosululloh dan para shohabatnya yang mana mereka adalah tauladan dalam memahami dan mengamalkan islam.

Ketika masalah bid’ah dikaji, ditahdzir dan didakwahkan akan marabahayanya maka banyak orang yang merasa gerah, resah, gelisah, takut, marah dan bahkan tersinggung karena membongkar kedok kesesatannya yang mengatasnamakan ibadah. ada diantara mereka yang berusaha mencari jalan keluar, diantaranya dengan mengatakan bahwa bid’ah  itu ada dua: bid’ah sayi’ah dan bid’ah hasanah padahal menurut Rosululloh sholallohu alaihi wassalam “Setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu berada di api neraka.” (HR. Abu dawud No.3607, at-Tirmidzi No.2678 dan Ibnu majah No.43 Dan derajat hadits ini shohih) ada juga mencarai alasan lain, diantaranya:
1. Jangan membahas masalah bid’ah karena akan meresahkan masyarakat.
2. Jangan menentang tradisi umum masyarakat dan tokoh serta pemuka agama
3. Orang-orang barat sudah ke bulan dan technologinya maju ko masih aja mempermasalahkan bid’ah. Dan alasan lainnya.
Semua pertanyaan itu dapat kita simpulkan “mengapa masih  mempermasalahkan bid’ah” dan sebenarnya tulisan ini juga jawaban atas disukusi dengan teman facebook yang mengatakan “Marhabanan, tahlilan dan pembecaan surat yasin secara berjama’ah adalah tradisi warosatul anbiya” kemudian temannya yang ikut melontarkan syubatpun menuliskan tanggapan di akun facebooknya dan dikomentari teman-teman seperjuangannya yang inti pembahasannya “Mengapa di zaman modern ini masih membicarakan bid’ah”
Dengan menyebut nama Alloh ta’ala serta memohon pertolongan-Nya maka kami jawab dengan ringkas atas syubhat-syubhat kampungan itu:

1. Hakikat sebuah kebangkitan ummat islam adalah kebangkitan ruhani. Sedangkan orang-orang kafir dan ahlul bid’ah hakikatnya dalam keterpurukan yang besar walau technology mereka maju atau bahkan -konon katanya- mereka sudah samapi ke bulan. jadi.. orang-orang barat yang kufur bukanlah standar contoh dalam meraih kemajuan ummat.
Sebagai contoh dan ini merupakan bukti qoth’i adalah: Alloh menimpakan adzab kepada kaum saba padahal mereka sedang mengalamai perkembangan di bidang ekonomi. Alloh ta’ala berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.  Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (QS. saba: 15-17)
Begitu pula sebagaimana yang terjadi pada kaum kafir lainnya yang diterangkan Alloh dalam Qs. al-fajr: 6 – 17. Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Ad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain. dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah. dan kaum Firaun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak). yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri. lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu. karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab.”
Jadi, wahai kaum muslimin.. walaupun konon katanya orang-orang barat sudah sampai ke bulan- Allohu a’lam-, bukan berarti kita orang islam ikut-ikutan ke bulan dengan berhenti berdakwah tentang islam dan sunnah Rosul serta memperingatkan ummat dari segala macam kesesatan. karena ini adalah uasaha mulia melanjutkan dakwah Rosul dalam mempertahankan kemunian ajaran islam.
2. Memperingkatkan diri kita dan ummat dari bid’ah agar menjauhinya merupakan dakwah yang dicontohkan Rosululloh dan para shohabatnya. sedang dakwah Rosululloh adalah dakwah yang diridhoi Alloh ta’ala. jadi tatkala ada orang merasa alergi dengan dakwah ini berarti ia telah alergi dengan wasiat Rosululloh dan mendustai inti dakwah Rosululloh. Bahkan tidak mengerti tentang asas dakwah ini.
Dalilnya sebagai berikut yang menunjukan bahwa ini merupakan wasiat dan dakwah Rosululloh dan salaf as-sholeh.
Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariah rodhiallohuanhu dia berkata : Rosulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran. Maka kami berkata : Ya Rosulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Alloh ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup (setelah ini) akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “ (HR. Abu Daud No.4607 , at-Tirmizi No.2676,  Dan Ibnu Majah No.42 dan 43. Imam at-Tirmidzi berkata : hasan shahih)
Dari Jabir bin abdillah rodhiallohu anhu tentang khutbah Rosululloh sholallohu alaihi wassalam, bahwasannya beliau bersabda: “Amma ba’du.. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabulloh, sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Rosululloh, Dan seburuk-buruknya perkara adalah perkara baru dalam agama dan setiap bid’ah (perkara baru dalam agama) itu adalah sesat.” (HR. Muslim dalam kitab jum’at)
Abdulloh bin mas’ud rodhiallohu anhu berkata: “Hati-hatilah kalian dari perbuatan baru yang diada-adakan manusia dari perkara bid’ah.” (al-Laalika’i 1/121)
Hudzaifah bin al-yaman rodhiallohu anhu berkata: “Demi Alloh.. benar-benar akan tersebar perkara bid’ah sampai-sampai jika satu perkara bid’ah ditinggalkan mereka berkata: kamu telah meninggalkan sunnah.” (al-Bida’ wa an-nahyu hal.58)
Imam al-baihaqi meriwayatkan dalam as-sunan al-Kubro bahwa Ibnu Abbas rodhialollohu anhu berkata:“Sesungguhnya perkara yang dibenci Alloh adalah bid’ah dan diantara bid’ah itu adalah i’tikaf di mesjid-mesjid yang ada rumah-rumah.”
3. Hakikat perbuatan bid’ah adalah penyelisihan terhadap sunnah Rosululloh. melakukan bid’ah berati mengotori petunjuk Rosululloh dan kesempurnaan ajaran islam sebagai agama wahyu. karena memang bid’ah merupakan penganggapan ibadah tapi tidak ada sama sekali contohnya dari Rosululloh dan para shohabatnya. maka ketika seseorang melakukan bid’ah berartia massuk kedalam ancaman para penyelisih sunnah Rosul.
Alloh ta’ala berfirman, artinya: Dan Hendaklah beri peringatan kepada orang-orang yang menyelisihi perintah Rosul akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. al-Ahzab: 63)
Dalam surat an-Nisa 115 Alloh ta’ala berfirman: “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
Dalam suart al-Baqoroh 137 Alloh ta’ala berfirman: “Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Alloh akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
4. Bid’ah-bid’ah yang sudah terjadi di tengah-tengah masyarakat bukan berarti itu subauh tradisi yang di benarkan walaupun para pelakunya seorang tokoh agama, tokoh masyarakat, mayoritas masyakarat ataupun sudah menjadi tradisi yang mendarah daging. karena kebenaran itu jika sesuai dengan al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijma’. maka bersegera bertaubat dari perbutan bid’ah dan menjauidnya merupakan hal yang wajib sedangkan terus melakukannya dan bahkan mempertahankan tradisi sesai ini merupakan sebuah taklid buta yang akan mengantarkan pelakunya kedalam neraka.
Alloh ta’ala berfirman: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Alloh).” (Qs. al-An’am 116)
Alloh ta’ala berfirman tantang orang-orang kafir dan keadaan mereka dalam menolak kebenaran sama dengan para pelaku bid’ah, Dia berfirman: ” Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi Peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka. (Rosul itu) berkata: “Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya.” (Qs. az-Zukhruf 23-24) dalam ayat lain Alloh berfirman yang artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS. al-Baqoroh 170)

Demikianlah ringkasan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seputar mengapa masih mempermasalahkan bid’ah. ini juga menunjukan bahwa bid’ah merupakan marabahaya bagi seorang muslim. Semoga bermanfaat.
Lipia – Jakarta selatan – 27 – 10 – 2010
Abu mujahidah al-Ghifari ibnu wurjan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar